Indonesia merupakan
negara dengan jumlah penduduk yang banyak. Berdasarkan proyeksi Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) 2013 jumlah
penduduk Indonesia pada tahun 2018 mencapai 265 juta jiwa. Dengan
jumlah tersebut APJII melakukan survey di tahun 2017 menyebutkan bahwa
penetrasi pengguna internet di Indonesia meningkat di tahun 2017 yaitu sebanyak
143,26 juta jiwa sementara di tahun 2016 adalah sebanyak 132,7 juta jiwa.
Dalam waktu dekat ini
tepatnya 17 April 2019 akan menjadi momen tersendiri bagi rakyat Indonesia, hal
ini dikarenakan adanya Pemilihan Umum secera serentak baik pemilihan legislalif
maupun pemilihan presiden. Namun, tak ada rencana yang tak punya cobaan. Rencana
PEMILU serentak telah di persiapkan sejak tahun 2017. Dan masalah sering
bermunculan setelah di tetapkan pasangan calon Presiden. Dengan nomor urut 01
Ir. H. Joko Widodo dan Prof. Dr. (H.C) KH. Ma'ruf Amin, di nomor urut 02
ada H. Prabowo Subianto dan H. Sandiaga Salahuddin Uno. Masalah demi masalah
mulai bermunculan seperti: hasil survey Pilpres 2019 yang mengatas namakan Indo
Barometer.
Indo Barometer adalah
sebuah lembaga penelitian yang bergerak di bidang survei pemilihan umum di
Indonesia. Namun, sangat disayangkan hasil yang beredar di masyarakat terutama
pengguna Internet tidaklah benar alias HOAX.
Berita HOAX mulai
bermunculan dan menyebar bagaikan virus dan melemahkan kepercayaan pengguna internet
terutama yang menggunakan media social. Pengguna media social Facebook yang paling banyak menyebarkan HOAX, terdapat
begitu banyak grup-grup pemenangan ke dua kubu. Diantara kedua kubu terdapat
grup yang menyebarkan HOAX dan menjatuhkan salah satu atau sebaliknya.
Akibat dari HOAX adalah
memecahbelahkan kesatuan kita. Hanya dengan berbeda pendapat tentang calon
presiden, kita melupakan rasa kebersamaan. Tidak hanya grup, halaman facebook
bahkan ikut menyebarkan HOAX. Secara umum HOAX tersebar dari satu pengguna
Facebook di sebarkan oleh pengguna lainnya ke Twitter lalu di screenshot oleh penerima HOAX, di buat story Whatsapp maupun Instagram, di baca
oleh rekan-rekan penerima HOAX tersebut dan di sebar-sebarkan oleh penerima
lainnya.
Alangkah baiknya kita
melakukan pengecekan terlebih dahulu sebelum menyebarkan HOAX. Dulu, mulutmu harimaumu
sekarang jempolmu harimaumu. Artinya, jadilah warganet yang bijak dalam menggunakan
jempol sebelum menyebarkan sebuah berita yang di dapatkan. Maka beberapa cara
ini bisa di lakukan sebelum menyebarkan sebuah berita di media social. Seperti yang
di kemukakan oleh ketua Masyarakat Indonesia Anti Hoax Septiaji Eko Nugroho yang
menguraikan lima langkah sederhana yang bisa membantu dalam mengidentifikasi
mana berita hoax dan mana berita asli. Berikut penjelasannya:
1.
Judul provokatif
Judul provokatif judul yang bersifat menghasut, misalnya dengan langsung
menudingkan ke pihak si A. Terdapat berita yang berasal dari situs resmi dan
situs yang tidak resmi (hanya menyebarkan berita HOAX) dan disalahgunakan baik
di tambahkan maupun di kurangi. Lebih parah lagi jika berita yang ada di situs
resmi tidak ada yang benar semua. Oleh karenanya, apabila kita melihat berita
denga judul provokatif, sebaiknya di cari tau terlebih dahulu keaslian berita
tersebut seperti membandingkan berita yang di dapatkan dengan berita yang ada
di situs resmi lainnya.
2. Alamat
Situs
Berikut adalah beberapa
situs berita yang resmi:
Ø Detik.com
Ø Liputan6.com
Ø Kompas.com
Ø Sindonews.com
Ø Kumparan.com
Ø Idntimes.com
Ø Merdeka.com
Ø Okezone.com
Beberapa berita yang beredar menyertakan
alamat URL. Maka, cari tau terlebih dahulu apakah alamat URLnya benar dari
situs resmi. Sekilas info, situs berita resmi Indonesia masih banyak dan tidak
hanya ke sepuluh yang di cantumkan. Beberapa yang saya dapatkan hanya menyertakan
hasil tangkapan layar dan banyak terdapat HOAX, dimana alamat URL yang di
maksud tidak ada.
3.
Fakta/Opini
Periksa judul, periksa situs resmi maka berikut periksa fakta yang
beredar. Bedakan Fakta dan juga Opini. Kebanyakan yang beredar hanya Opini dari
pengguna media social, kemudian di sebar luaskan.
4. Keaslian
Foto
Foto menjadi salah satu virus kecil yang di buat oleh salah satu pengguna
dan di edit sedemikian rupa untuk mendapatkan banyak like, comment dan share. Yang
paling berbahaya adalah saat di bagikan tanpa mengecek keaslian dari foto
tersebut. Ingatlah, bahwa dunia semakin canggih dan teknologi tidak pernah
kalah dalam membodohi pengguna media social.
5. Grup Anti HOAX
Di Facebook terdapat sejumlah fanpage
dan grup diskusi anti hoax, misalnya Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoax
(FAFHH), Fanpage & Group Indonesian Hoax Buster, Fanpage Indonesian Hoaxes,
dan Grup Sekoci. Jangan asal masuk grup, karena hanya akan membuat kita
bingung. Sebaiknya baca deskripsi grup terlebih dahulu sebelum bergabung.
Bayangkan, jika 143,26
juta jiwa dan 0,26 juta jiwa pengguna media social menyebarkan HOAX, maka
pengaruhnya akan sangat besar. Hari demi hari akan bertambah, belum lagi jika penerima
HOAX bercerita kepada ibu/bapak mereka. Oleh karena itu, bijaklah dalam
menyebarkan berita. Dan apabila kamu merasa itu berita hoax berikut adalah cara
melaporkannya adalah screenshot berita
HOAX tersebut kemudian masuk ke http://aduankonten.id/ atau melalui e-mail aduankonten@mail.kominfo.go.id
atau whatsapp 081-1922-4545. Berikut adalah contoh satu pembuat HOAX. Bayangkan
jika ada puluhan orang. Mereka yang menbuat adalah pemberontak dan perusak persatuan dan kesatuan NKRI. Yuk, wujudkan PEMILU damai tanpa HOAX dengan menjadi bijak dalam bermedia social. Cintai Indonesia dan jadilah pelopor anti HOAX.
Sumber artikel:
APJII
https://apjii.or.id/content/read/104/348/BULETIN-APJII-EDISI-22---Maret-2018
Kata Data
Kominfo

0 Comments